Donald Trump kembali mengguncang perdagangan dunia lewat kebijakan tarif impor baru untuk produk farmasi, truk besar, dan furnitur. Langkah proteksionis ini menekan Indonesia yang bergantung pada pasar AS untuk ekspor furnitur.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memicu gejolak ekonomi global melalui kebijakan tarif impor baru terhadap tiga jenis barang, yakni produk farmasi, truk besar, dan furnitur. Langkah yang diambil Trump kali ini merupakan bagian dari strategi reciprocal tariff atau tarif resiprokal, yang diklaim bertujuan melindungi pasar domestik AS dari serbuan produk impor. Tapi, kebijakan itu juga menimbulkan efek domino, termasuk bagi Indonesia yang menjadikan AS sebagai pasar utama ekspor furnitur.
Pemerintah AS menetapkan tarif impor bervariasi, mulai dari 10%, 25%, hingga 100%, tergantung jenis produk. Produk farmasi mendapat beban paling besar dengan tarif hingga 100% untuk obat bermerek atau yang dipatenkan, efektif berlaku sejak 1 Oktober 2025. Pengecualian hanya diberikan kepada produsen yang membangun fasilitas produksi di AS. Negara-negara eksportir utama, seperti Singapura dan Inggris, kini sibuk bernegosiasi agar dikenakan tarif lebih ringan. Sementara, Jepang dan Uni Eropa berhasil lolos dari tarif tinggi berkat perjanjian sebelumnya, yang membatasi bea masuk produk farmasi mereka hanya 15%.
Tak hanya produk farmasi, truk impor berukuran menengah dan besar juga akan dikenai tarif 25% mulai 1 November 2025. Lima negara sumber utama truk ke AS, yakni Meksiko, Kanada, Jepang, Jerman, dan Finlandia, turut khawatir dengan dampaknya. Tapi, truk yang memiliki komponen buatan Amerika Utara minimal 64% masih dapat terbebas dari tarif tambahan ini. Kebijakan proteksionis Trump kali ini mempertegas arah ekonomi AS yang makin inward-looking menjelang tahun politik 2026.
