Zona merah pasar consumer banking ditandai oleh hengkangnya bank-bank asing dan kerasnya adu balap bank-bank raksasa di segmen ini. Apa rahasia Bank Mandiri yang berhasil menyalip BCA di pasar kredit konsumer? Mengapa BCA yang memiliki 43 juta nasabah tak tertandingi dan dengan kekuatan bisnis ritelnya mampu mengalahkan Bank Mandiri dan BRI dalam perolehan laba? Adakah prospek bisnis di segmen konsumer bagi bank-bank kecil yang sedang dikejar OJK untuk menambah modal?
Sumber : Infobank
MODAL perbankan kian tebal. Para bankir pun harus memutar otak bagaimana memanfaatkan modal banknya yang makin gendut agar return on investment-nya memberi keuntungan optimal buat pemegang saham. Secara industri, Biro Riset Infobank (birI) mencatat capital adequacy ratio (CAR) bank umum terus naik dari 23,81% pada 2020, 25,66% pada 2022, 26,69% pada 2024, dan saat ini masih di atas 25%. Hanya 6 bank yang terpantau CAR-nya di bawah 18%. Itu pun masih aman karena indikator risiko tinggi ada di bank dengan CAR di bawah 12%. Sedangkan CAR di atas 25% menunjukkan penggunaan modal yang belum efektif, seperti dialami 69 bank umum. Tentu tidak ada salahnya modal berlebihan. Justru industri perbankan memiliki kuda-kuda kuat untuk menggenjot kredit yang ruang tumbuhnya masih besar lantaran rasio pinjaman terhadap produk domestik bruto (PDB) masih 40%. Kendati begitu, faktanya tak segampang membalikkan telapak tangan. Permintaan kredit masih lemah dengan pertumbuhan year on year (yoy) hanya 7,70% per September 2025. Bahkan, kredit “nganggur” (undisbursed loan) terus menggunung dengan nilai Rp2.374,8 triliun atau naik 35% dibandingkan dengan September 2024. Jumlah tersebut adalah 22,54% dari plafon kredit yang tersedia. Rasio kecukupan modal perbankan makin tebal karena pertumbuhan aset berisiko (risk assets) yang lambat. Menurut Biro Riset Infobank, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan selama 10 tahun (2015-2024) hanya 7,68% per tahun, jauh dari periode 2005-2014 yang tumbuh 21,11% per tahun. Sedangkan modal inti perbankan rata-rata naik 16,32% per tahun. Kendati aset produktif banyak bank digerogoti kredit macet selama lima tahun terakhir, sebagian besar bank tetap mencatat kenaikan modal inti. Akibatnya, selama satu dekade terakhir CAR rata-rata bank umum pun naik dari 21,17% pada 2015 menjadi 26,69% per 2024.
Jika ekspansi kredit dalam dekade mendatang hanya 10% per tahun, permodalan industri perbankan diprediksi bakal makin tebal. Apalagi, bank-bank akan banyak yang berusaha naik kelas, baik karena keinginannya sendiri maupun karena imbauan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bulan lalu, OJK telah mengeluarkan surat imbauan kepada 38 bank di KBMI 1 untuk melakukan konsolidasi. Caranya bisa dengan tambah modal atau akuisisi dan merger.