Meski kinerjanya tengah melambat, industri BPR di Jateng tetap tangguh menghadapi kondisi yang ada, malah sedang ancang-ancang untuk melaju lebih kencang. Potensi pertumbuhan ke depan masih sangat besar, ditambah lagi masih besarnya kepercayaan masyarakat kepada bank rakyat di provinsi ini.
TIDAK berlebihan jika menyebut Jawa Tengah ( Jateng) adalah “lumbung bank perekonomian rakyat (BPR) nasional”. Faktanya, sudah sejak lama Jateng menjadi pemimpin pasar industri bank rural (rural bank) Tanah Air.Penelusuran Biro Riset Infobank (birI) menemukan data keuangan BPR pertama yang terekam pada Januari 2005, ketika industri masih berada di bawah pengawasan Bank Indonesia (BI).
Di masa itu, kedigdayaan Jateng sebagai market leader BPR terlihat dari penyaluran kredit BPR yang sebesar Rp3,15 triliun (per September 2004). Angka itu jauh melampaui Jawa Barat ( Jabar), Rp2,45 triliun, padahal saat itu Jabar masih tergabung dengan Banten. Tidak hanya itu, pertumbuhan kredit BPR di Jateng ini juga impresif, mencapai 36,64% secara tahunan dari September 2003.