Infobank Edisi Oktober 1993
Infobank Edisi Oktober 1993
Setelah dunia perbankan gonjang-ganjing beberapa waktu lalu, aibat ulah segelintir bankir. Masyarakat pun mulai bertanya, sampai sejauh mana tanggung jawab bankir?
Setelah dunia perbankan gonjang-ganjing beberapa waktu lalu, aibat ulah segelintir bankir. Masyarakat pun mulai bertanya, sampai sejauh mana tanggung jawab bankir?
Para bankir kembali jor-joran kredit rumah. Bagaiman dengan kelangkaan dana jangka panjang untuk membiayai KPR? Bahaya laten inflasi karena spekulasi kredit menjadi momok kredit konsumtif. Akankah tragedi kredit macet terulang kembali pada 1994?
Paket deregulasi 29 Mei 1993 memberi isyarat makin mencairnya kredit perbankan. Secara matematis CAR, LDR, KUK tak lagi jadi batu sandungan. Kredit diproyeksikan akan mencair sekitar Rp 20 triliun sampai 23 triliun. Sektor mana saja yang bakal banjir kredit? Suku bunga dan hantu kredit macet tetap jadi momok
Sektor keuangan dan perbankan kembali bergairah. Tingkat suku bunga sudah memasuki kondisi normal. Juga, arus dana luar negeri akan deras memasuki industri keuangan. Akankah ekonomi negeri ini memanas lagi?
Bank banjir uang. Namun bankir tetap bersemangat menggenjot uang masyarakat. Bagaimana perilaku dana masyarakat setelah perang hadiah dan bunga usai? Sejumlah bank menjawab dengan teknologi. Perang ATM menjadi babak baru dalam persaingan antarbank
Jaringan bisnis uang militer merambah ke berbagai sektor. Masalahnya bukan kenapa militer berbisnis. Tapi bagaimana mereka memperlakukan bisnis
BPR menjamur, banyak fenomena baru terjadi. Dari kepemilikan, penyebaran hingga bajak-membajak SDM. Pengawasan dan pembinaan BI perlu ditingkatkan.
BPD condong memilih persero. Tapi tetap berjanji akan membangun daerah meski persero beri peluang menjadi gesit, dan membesar.
Reformasi perbankan tampaknya memerlukan waktu cukup panjang. Dan, bagaimana menerapkan prudential banking yang relevan dengan struktur perekonomian nasional yang masih mengidap banyak distorsi dan ketimpangan.
Mengapa BBD dan Surasa dibicarakan? Di balik keterlibatannya dengan megaproyek dan ratusan miliar kredit macet. Setelah menjadi persero, laju kredit BBD akan tertahan. Inilah bank dengan predikat juara kredit dan merosotnya laba.
Krisis Summa mengingatkan luka lama perbankan nasional. Beberapa bank papan bawah yang bergumul dalam kemelut siap-siap bangkit. Namun kualitas masih kurang.
Ketika perbankan nasional bergelut dengan berbagai kesulitan, bank-bank campuran justru bernapas lega. Kewajiban 50 persen kredit ekspor tidak masalah, walau hanya perusahaan tertentu yang bisa memanfaatkannya. Bagaimana prospek laba setelah pembatasan offshore loan?